Beranda / Syahdan / Dari Dapunta Hyang ke Iyeth Bustami, Jejak Bahasa Indonesia dari Riau: Pandangan Sosial Budaya
taufik ikram jamil

Dari Dapunta Hyang ke Iyeth Bustami, Jejak Bahasa Indonesia dari Riau: Pandangan Sosial Budaya

Bagikan

Berbahasa menyatu dengan persoalan harkat, martabat, dan marwah seseorang di tengah-tengah kelompok/ kaum/ bangsanya. Berkenaan dengan itu, tunjuk ajar Melayu (Tenas Effendy, 2010) menyatakan:
Yang disebut adat berbahasa:
tahu alur dengan patutnya
tahu memilih kata mendaki
tahu memakai kata mendatar
tahu menyimak kata menurun
supaya aib tidak tersimbah
supaya malu tidak terdedah
Apa tanda orang berbangsa
bercakap tahu berbudi bahasa
berkata arif dalam berbahasa
bertutur bijak berkata-kata

Alkisah, keberadaan bahasa Melayu Riau itu setidak-tidaknya dapat ditelusuri sejak abad ke-7, meskipun peradaban Melayu Riau dapat dijejaki pada masa prasejarah dalam hitungan 10.000 – 40.000 tahun sebelum Masehi, seiringan dengan penemuan artefak purba oleh tim dari Universitas Gajah Mada tahun 2009 (Antara, 13/08/2009). Banyak kata-kata di dalam prasasti Kedukan Bukit tahun 683 itu yang masih dikenal sampai sekarang seperti cri (sri, seri), nayik (naik), yang (yang), samvan (sampan), munana (muara), sukhacitta (sukacita), dangan (dengan), vulan (bulan), marvuat (membuat), mamava (membawa/ memawa). Prasasti ini berisi perjalanan Dapunta Hyang dari Minangatamwar ke Palembang abad ke-7. Dapunta Hyang diperkirakan penguasa Sriwijaya, sedangkan Minangatamwar adalah tempat yang menunjuk pertemuan dua sungai yakni Muaratakus, Kampar, Riau.

Lihat Juga

Petuah Amanah LAMR, Sempena penabalan Gubernur dan Wakil Gubernur Riau sebagai Setia Amanah dan Timbalan Setia Amanah Masyarakat Adat Melayu Riau

Bagikan Pengantar: Pada tanggal 6 Juli 2019 yang lalu, Lembaga Adat Melayu Riau melaksanakan majelis ...

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!