Beranda / Syahdan / Dari Dapunta Hyang ke Iyeth Bustami, Jejak Bahasa Indonesia dari Riau: Pandangan Sosial Budaya
taufik ikram jamil

Dari Dapunta Hyang ke Iyeth Bustami, Jejak Bahasa Indonesia dari Riau: Pandangan Sosial Budaya

Bagikan

Pengalaman saya dengan Elmustian Rachman yang ditugaskan Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) menyusun tesaurus Melayu Riau lain lagi. Kami susah menemukan kata-kata dalam bahasa Melayu Riau yang tidak ada dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Harimurti Kridalaksana, 1994) dan Tesaurus Bahasa Indonesia (Eko Endarmoko, 2006). Kesimpulan sementara kami adalah sejauh kata-kata dalam bahasa Melayu Riau bersifat informasi dalam 10 tahun ke atas, selalu ditemui dalam KBBI. Baru susah dicari kalau kata-kata itu sifatnya ekspresif. Sesuatu yang juga membuktikan bahwa jejak bahasa Indonesia dari Riau memang nyata.
Bertambah jelas jejak bahasa Indonesia dari Riau itu, manakala kenyataan di atas disandingkan dengan apa yang pernah diungkapkan oleh Sapardi Djoko Damono dalam bukunya bertajuk Kesusastraan Indonesia Modern (Gramedia, 1983). Menurutnya hanya orang Riau dan Jakarta saja yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa ibunya. Bagi orang Jakarta jelas bahwa hal tersebut terjadi karena keragaman yang tinggi penduduknya, tetapi kasus Riau muncul karena keberadaan bahasa itu sendiri. Mencari perbedaan keduanya untuk penggunaan sehari-hari dalam jalur pemberitahuan memang agak sulit.

Lihat Juga

Petuah Amanah LAMR, Sempena penabalan Gubernur dan Wakil Gubernur Riau sebagai Setia Amanah dan Timbalan Setia Amanah Masyarakat Adat Melayu Riau

Bagikan Pengantar: Pada tanggal 6 Juli 2019 yang lalu, Lembaga Adat Melayu Riau melaksanakan majelis ...

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!