Pada zaman Pujangga Baru, bagaimanapun Soeman HS harus diakui dengan bahasa Melayu gemulai sebagaimana diakui Sutan Takdir Alisjahbana ketika mengantarkan buku kumpulan cerpennya Kawan Bergelut, mempelopori penulisan cerita pendek dan fiksi ditektif Indonesia (Suwardi MS, 1984). Paling kuat mengaum adalah Sutardji Calzoum Bachri yang lahir di Riau daratan dan berada di sini sampai berumur kanak-kanak, kemudian pindah ke Kepulauan Riau, menghentak jagat sastra Indonesia dengan bahasa Melayu Riau-nya yang pilihan. Sutardji disebut Dami N. Toda sebagai mata kiri sastra Indonesia, sedangkan mata kanannya adalah Chairil Anwar (Sinar Harapan, 1984). Pembaruan terus dilakukan dari Riau misalnya sebagaimana disebut oleh Michael Bodden dari Univeritas Victoria, Canada tentang kecenderungan akar tradisi dari Riau dengan latar belakang sejarah (Jurnal Susastra, 2005). Selanjutnya, Will Derks melihat karya sastra Riau senantiasa melawan dominasi pusat (dalam Paul van der Velde, 2011).
