Generasi di bawah mereka yang berjumlah lebih dari 20 orang, juga tidak tanggung-tanggung gemilang baik dalam politik maupun menyangkut sastra, termasuk bahasa. Dalam kesibukannya sebagai Kelana – yakni calon Perdana Menteri bergelar Yang Dipertuan Muda – Raja Ali Kelana menulis buku kebahasaan, khususnya fonetik, bertajuk Bughyat al-Ani fi-Hurufi al-Maani. Begitu pula seorang ahli hukum, penerjemah, dan sastrawan Raja Abdullah bernama pena Abu Muhamad Adnan menulis Kitab Pelajaran Bahasa Melayu dengan Rangkaian Penolong Bagi yang Menuntut Akan Pengetahuan yang Patut. Selain itu, ia juga menulis buku bahasa Pembuka Lidah dengan Teladan Umpama yang Mudah. Generasi setelah Raja Ali Haji banyak digodok di organisasi Rusydiah Klab – suatu organisasi penentang penjajah dengan kesadaran nasionalisme, didirikan tahun 1884 (Hasan Junus, 2002).
