Beranda / Syahdan / Dari Dapunta Hyang ke Iyeth Bustami, Jejak Bahasa Indonesia dari Riau: Pandangan Sosial Budaya
taufik ikram jamil

Dari Dapunta Hyang ke Iyeth Bustami, Jejak Bahasa Indonesia dari Riau: Pandangan Sosial Budaya

Bagikan

Siak yang harus melepaskan Johor dan Riau, merasa terbayar manakala usaha Raja Kecik dan keturunannya menguasai perdagangan di Melaka tercapai. Hal tersebut dibuktikan dengan jumlah nakhoda asal Siak yang berpangkalan di Melaka yakni 14 orang pada tahun 1768 menjadi 24 orang pada 1770, meningkat lagi menjadi 45 orang tahun 1775, melonjak tajam tahun 1785 yakni menjadi 96 orang. Angka-angka ini jauh di atas jumlah nakhoda dari kawasan lain seperti Kedah, Batubara, Riau, bahkan Melaka sendiri. Pada tahun 1770, kapal yang berlabuh dari Siak di Melaka sebanyak 17 kapal, melonjak tajam tahun 1783 yakni 70 kapal, kemudian melonjak lagi menjadi 74 kapal dan 76 kapal pada tahun 1785 serta 1791. Jumlah kapal dari daerah lain yang bersandar di Melaka hanya dalam bilangan 1 – 17 kapal saja. Daerah tersebut antara lain Kedah, Selangor, Kepulauan Riau, Aceh, Jambi, Kampar, Surabaya, dan Gresik. Dapat disimpulkan bahwa kapal yang sandar di pelabunan Melaka didominasi oleh Siak, 48-88 persen. Kenyataan ini semua menyebabkan Siak menjadi rekan utama Melaka dalam perdagangan mulai abad ke-18 (Ahmad Jelani Halimi, 2006).

Lihat Juga

Petuah Amanah LAMR, Sempena penabalan Gubernur dan Wakil Gubernur Riau sebagai Setia Amanah dan Timbalan Setia Amanah Masyarakat Adat Melayu Riau

Bagikan Pengantar: Pada tanggal 6 Juli 2019 yang lalu, Lembaga Adat Melayu Riau melaksanakan majelis ...

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!