Beranda / Syahdan / Dari Dapunta Hyang ke Iyeth Bustami, Jejak Bahasa Indonesia dari Riau: Pandangan Sosial Budaya
taufik ikram jamil

Dari Dapunta Hyang ke Iyeth Bustami, Jejak Bahasa Indonesia dari Riau: Pandangan Sosial Budaya

Ambillah getah
Dari kayu sidabintang
Selamat pada yang punya hajat
Begitu pula dengan yang diundang

Aduhai, jejak bahasa Indonesia dari Riau tidak juga selesai ditengok setelah bahasa Indonesia semakin terurus. Meskipun E. U. Kratz menyesalkan kenyataan bahwa Riau tak mengambil keuntungan dengan dijadikannya bahasa ibunya sebagai bahasa Indonesia, sehingga tidak banyak sastrawan nasional muncul dari daerah ini, ia sama sekali tidak memandang secara kualitas – hanya hanya kuantitas. Meskipun sedikit, sebab orang Melayu Riau itu memang sedikit jika dibandingkan jumlah penduduk Indonesia, bukankah setiap masa senantiasa muncul pelopor dari Riau? Tidak terlihat pada Angkatan Balai Pustaka misalnya, tetapi seorang tokoh dari daerah ini, belasan tahun dididik di Penyengat, Syed Syekh Alhadi Wan Anom, merupakan pelopor sastra di Malaysia awal abad ke-20. Belum lagi dengan kegemilangan Aisyah Sulaiman, cucu kontan Raja Ali Haji yang menulis Khadamuddin (1935) dan meninggal di Singapura.

Bagikan

Lihat Juga

Anugerah Kebudayaan Kemendikbud untuk Almarhum H. Tenas Effendy

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI memberi Anugerah Kebudayaan kepada budayawan alam Melayu, Alm. H. Tenas ...

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!