Beranda / Syahdan / Dari Dapunta Hyang ke Iyeth Bustami, Jejak Bahasa Indonesia dari Riau: Pandangan Sosial Budaya
taufik ikram jamil

Dari Dapunta Hyang ke Iyeth Bustami, Jejak Bahasa Indonesia dari Riau: Pandangan Sosial Budaya

Memang, keberadaan kelisanan dalam bahasa Melayu Riau tidak bisa diabaikan yang dapat dilihat dalam bentuk-bentuk unggulannya semacam pantun. Dalam bengkel syair LAMR tahun 2015 ditemui bahwa terdapat sedikitnya 25 cara melantunkan segala sesuatu yang disebut puisi lama Melayu (catatan pribadi). Hal inilah agaknya yang menyebabkan Raja Ali Haji, dalam salah satu suratnya kepada Von De Wall mengatakan bahwa syair Melayu akan semakin baik jika dapat didendangkan dengan baik, dengan suara dan lagu yang merdu (Jan van der Putten dan Alazhar, 1995).

Terakhir, jejak bahasa Indonesia dari Riau terlihat pada nama acara ini sendiri terutama pada kata “pumpun” mendapat awalan “ter” sehingga menjadi “terpumpun”. Di Riau kata itu dipakai untuk ungkapan, “Pucuk jala pumpunan ikan nan rapat”. Makna harfiahnya adalah bahwa di pucuk jala terdapat banyak ikan, tetapi maknanya lebih lebih kepada pengertian kias yakni pemimpin menghimpun orang-orang yang dipimpinnya. Tak salah lagi, arahnya memang kepada pertemuan atau rapat untuk membicarakan sesuatu.

Bagikan

Lihat Juga

Anugerah Kebudayaan Kemendikbud untuk Almarhum H. Tenas Effendy

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI memberi Anugerah Kebudayaan kepada budayawan alam Melayu, Alm. H. Tenas ...

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!