8 W.H. Ridderhof (1934), artikel bertajuk “Indische Schetsen” [Sketsa-sketsa Hindia] dalam Nieuwe Apeldoornsche Courant [Koran Orang Apeldoorn Baru], edisi 19 November 1934, halaman 8.
9 Dr. ALB. C. Kruyt (1938), “Schommelen in de Indische Archipel” [Berbuai di Kepulauan Hindia] dalam jurnal Bijdragen de Taal-, Land- en Volkenkunde [Sumbangan Bahasa, Tanah, dan Antropologi; disingkat BKI], jilid 97; Leiden: KITLV, halaman 363-424.
10 G. L Koster (1997), Roaming through Seduchtive Gardens [Mengembara di Taman-taman yang Menggoda], Leiden: KITLV Press.
11 Timothy P. Barnard (2003), Multiple Centres of Authority: society and environment in Siak and Eastern Sumatra, 1674-1827 [Pusat-pusat Kekuasaan Ganda: masyarakat dan lingkungan di Siak dan Sumatera Timur, 1674-1827], Leiden: KITLV Press.
Dulu waktu masih kecil aki selalu bercerita tentang kisah ikan terubuk yang mau menikah dengan puteri pepuyu. Menurut aki kami masuk batin penebal yang tugasnya bawa bertih saat semah ikan terubuk dan tempatnya di tunggul jati yang bisa diletakkab hidang untuk 40 hidang. Katanya sekarang tunggul itu dah tak mau timbul akibat ulah manusia.
Senang saya membaca kisah terubuk dan pulau bengkalis. Ternyata masa lalu belanda peduli dan memiliki kesahnya dan tersimpan pula di sana.
Terimakasih kepada lam Riau ,semoga sukses selalu