Embung Edah adalah seorang perempuan berusia lebih dari enam puluh tahun. Rambutnya sudah berubah menjadi abu-abu, tetapi wajahnya masih memiliki jejak kecantikan masa lalu. Dalam keadaan duduk tenang di sana, matanya tampak bersinar lembut; tetapi ketika memasuki suasana ceria, ekspresi teduh itu tiba-tiba berubah; matanya berkilau karena sinar aneh, yang segera mengingatkan pada begeisterung – luapan semangat. Selebihnya, tidak ada yang istimewa atau aneh tentang Embung Edah. Dia berbicara lepas dan tidak malu-malu, khas para perempuan dari daerah ini.
Ditanya apakah dia mau berbaik hati memberi penjelasan tentang Semah Terubuk yang khidmat itu, dia segera menjawab: “Saya ingin betul menjelaskan segala hal tentang semah itu, tapi izinkan saya mengatakan kepada Tuan, ketika duduk di ‘dondang’, saya tak tahu apa-apa lagi. Mungkin Batin dapat menceritakan hal itu pada Tuan.”