Embung Edah adalah seorang perempuan berusia lebih dari enam puluh tahun. Rambutnya sudah berubah menjadi abu-abu, tetapi wajahnya masih memiliki jejak kecantikan masa lalu. Dalam keadaan duduk tenang di sana, matanya tampak bersinar lembut; tetapi ketika memasuki suasana ceria, ekspresi teduh itu tiba-tiba berubah; matanya berkilau karena sinar aneh, yang segera mengingatkan pada begeisterung – luapan semangat. Selebihnya, tidak ada yang istimewa atau aneh tentang Embung Edah. Dia berbicara lepas dan tidak malu-malu, khas para perempuan dari daerah ini.
Ditanya apakah dia mau berbaik hati memberi penjelasan tentang Semah Terubuk yang khidmat itu, dia segera menjawab: “Saya ingin betul menjelaskan segala hal tentang semah itu, tapi izinkan saya mengatakan kepada Tuan, ketika duduk di ‘dondang’, saya tak tahu apa-apa lagi. Mungkin Batin dapat menceritakan hal itu pada Tuan.”
Dulu waktu masih kecil aki selalu bercerita tentang kisah ikan terubuk yang mau menikah dengan puteri pepuyu. Menurut aki kami masuk batin penebal yang tugasnya bawa bertih saat semah ikan terubuk dan tempatnya di tunggul jati yang bisa diletakkab hidang untuk 40 hidang. Katanya sekarang tunggul itu dah tak mau timbul akibat ulah manusia.
Senang saya membaca kisah terubuk dan pulau bengkalis. Ternyata masa lalu belanda peduli dan memiliki kesahnya dan tersimpan pula di sana.
Terimakasih kepada lam Riau ,semoga sukses selalu