Beranda / Matabudaya / Semah Terubuk – J. S. G. Gramberg

Semah Terubuk – J. S. G. Gramberg

Bagikan

Beberapa kelengkapan baru untuk upacara sekarang dibawa ke depan khalayak. Hal pertama yang menarik perhatian adalah buaian berbalut kuning – dondang – yang digantung dengan lonceng emas. Ada pula enam belas tepak sirih, yang diatur pada jarak tertentu di depan singgasana.

Sementara orang-orang di luar riuh-rendah bertandak dan bernyanyi diiringi rebana dan gendang, sebuah upacara penting sedang berlangsung di bangsal. Asap kemenyan membubung di hadapan Jinjang Raja, usapan minyak wangi terjadi lagi, begitu pula taburan beras kuning, dan Sang Dukun pun mulai “serap”, kerasukan. Berkali-kali dia kehilangan kesadaran; dia bernyanyi, terkadang berteriak dan berguling-guling di lantai. Lalu Bidu segera mendekat dan menenangkannya. Dia meniupkan udara segar ke perempuan yang serap itu dan membujuknya sambil bernyanyi. Para Batin juga tampaknya tersulut oleh keadaan itu dan ikut-ikutan kerasukan; mereka meraung, berguling-guling di tanah, memukul-mukulkan tangan dan menghentak-hentakkan kaki.16

Lihat Juga

Pantun Melayu Tahun 1848 (2)

BagikanPengantar: Selain yang sudah dimuat sebelumnya [Lihat: Pantun Melayu Tahun 1848 1], pada halaman 182 ...

2 Komentar

  1. H. Erman Zaruddin usman

    Dulu waktu masih kecil aki selalu bercerita tentang kisah ikan terubuk yang mau menikah dengan puteri pepuyu. Menurut aki kami masuk batin penebal yang tugasnya bawa bertih saat semah ikan terubuk dan tempatnya di tunggul jati yang bisa diletakkab hidang untuk 40 hidang. Katanya sekarang tunggul itu dah tak mau timbul akibat ulah manusia.
    Senang saya membaca kisah terubuk dan pulau bengkalis. Ternyata masa lalu belanda peduli dan memiliki kesahnya dan tersimpan pula di sana.
    Terimakasih kepada lam Riau ,semoga sukses selalu

  1. Pingback: Terubuk - LAM Riau

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!