Semah Terubuk – J. S. G. Gramberg

Dilihat dari sudut pandang fisiologis, atau agak psikologis sebenarnya, kekhususan ini dapat dijelaskan sedikit. Mengantarkan upacara ini, harus dipilih seseorang yang sarafnya sangat peka, perasa, dan mudah dirasuki roh, baik oleh kegembiraannya sendiri maupun oleh aroma dupa atau sejenisnya. Kepekaan syaraf yang seperti itu bisa jadi sifat turunan keluarga, dan nampaknya itu telah berlangsung selama berabad-abad, terutama pada anggota keluarga perempuan yang menjadi medium turunnya Jinjang Raja. Dukun di masa tulisan ini dibuat adalah seorang perempuan tua bernama Embung Edah, yang tinggal bersama anak-cucunya di kampung Kelapapati. Oleh karena rumahnya hanya setengah pal dari ibukota Bengkalis, maka penulis menyampaikan hajat mengunjunginya suatu hari. Dia berkenan. Di dalam rumahnya, dia ditemani oleh semua kerabatnya, sejumlah laki-laki, perempuan dan anak-anak yang berpakaian rapi berwarna-warni. Hanya dia saja yang mengenakan gaun gelap yang suram, tanpa perhiasan apa pun. Dengan sopan “Tuan Sakertaris” ditawari beberapa kue dan seikat pisang, lalu tak lama kemudian berkenalan.