Tetapi – meskipun telah ada petunjuk-petunjuk awal mengenai tertib upacara – kata-kata agung dari prosesi pertama ini belum diucapkan. Roh di dalam diri Jinjang Raja belum mengatakan bila orang-orang harus memencar ke sungai Bengkalis, tempat dewa Janggi harus diseru. Ini merupakan titik penantian yang menakutkan. Ketegangan terbesar terjadi di tengah kerumunan orang yang berkenduri menunggu wahyu diberikan. Mungkin perlu berhari-hari, bahkan berbulan-bulan, untuk menunggu kata penting “berangkat!” keluar dari bibir perempuan yang dirasuki roh itu. Dan memang! Selama kenduri berlangsung, nelayan tidak diizinkan melaut. Terkadang dia resah seperti tersiksa oleh roh-roh jahat; kadang-kadang dia juga sangat tegang lalu meracau seperti orang mabuk berat. Dalam keadaan seperti itu, Bidu tampil. Tokoh ini mengambil pakaian perempuan yang stres itu dan menggantinya dengan yang lain. Jika ini tidak membantu, dia mencoba membawanya kembali ke kesadaran melalui lagu lembut yang khas.
Tags bengkalis ikan terubuk semah terubuk
Lihat Juga
Pantun Melayu Tahun 1848 (2)
Pengantar: Selain yang sudah dimuat sebelumnya [Lihat: Pantun Melayu Tahun 1848 1], pada halaman 182 ...