Beranda / Matabudaya / Semah Terubuk – J. S. G. Gramberg

Semah Terubuk – J. S. G. Gramberg

Bagikan

Tetapi – meskipun telah ada petunjuk-petunjuk awal mengenai tertib upacara – kata-kata agung dari prosesi pertama ini belum diucapkan. Roh di dalam diri Jinjang Raja belum mengatakan bila orang-orang harus memencar ke sungai Bengkalis, tempat dewa Janggi harus diseru. Ini merupakan titik penantian yang menakutkan. Ketegangan terbesar terjadi di tengah kerumunan orang yang berkenduri menunggu wahyu diberikan. Mungkin perlu berhari-hari, bahkan berbulan-bulan, untuk menunggu kata penting “berangkat!” keluar dari bibir perempuan yang dirasuki roh itu. Dan memang! Selama kenduri berlangsung, nelayan tidak diizinkan melaut. Terkadang dia resah seperti tersiksa oleh roh-roh jahat; kadang-kadang dia juga sangat tegang lalu meracau seperti orang mabuk berat. Dalam keadaan seperti itu, Bidu tampil. Tokoh ini mengambil pakaian perempuan yang stres itu dan menggantinya dengan yang lain. Jika ini tidak membantu, dia mencoba membawanya kembali ke kesadaran melalui lagu lembut yang khas.

Lihat Juga

Pantun Melayu Tahun 1848 (2)

BagikanPengantar: Selain yang sudah dimuat sebelumnya [Lihat: Pantun Melayu Tahun 1848 1], pada halaman 182 ...

2 Komentar

  1. H. Erman Zaruddin usman

    Dulu waktu masih kecil aki selalu bercerita tentang kisah ikan terubuk yang mau menikah dengan puteri pepuyu. Menurut aki kami masuk batin penebal yang tugasnya bawa bertih saat semah ikan terubuk dan tempatnya di tunggul jati yang bisa diletakkab hidang untuk 40 hidang. Katanya sekarang tunggul itu dah tak mau timbul akibat ulah manusia.
    Senang saya membaca kisah terubuk dan pulau bengkalis. Ternyata masa lalu belanda peduli dan memiliki kesahnya dan tersimpan pula di sana.
    Terimakasih kepada lam Riau ,semoga sukses selalu

  1. Pingback: Terubuk - LAM Riau

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!