Upacara ini diikuti para pemimpin, nelayan dan sebagian besar penduduk; karena tujuannya adalah demi kebaikan bersama: berkurangnya ikan menyebabkan kemunduran dan kemiskinan.
Namun, upacara Semah Terubuk bukanlah perayaan sehari-hari. Selain sangat mustahak, acara ini juga sangat mahal. Untuk melaksanakannya dengan tepat, ribuan gulden harus dikumpulkan. Tertibnya pun tidak boleh ada yang ditinggalkan, sebab bisa-bisa semuanya akan menjadi sia-sia.
Sebelumnya, izinkan penulis memperkenalkan tokoh utama pelaku semah. Dia adalah seorang perempuan yang berasal dari kalangan biasa, namun memiliki gelar kebangsawanan Jinjang Raja12. Ketinggian martabatnya ini bersifat turun-temurun; oleh karena itu selalu berada dalam jurai keluarga yang sama, dan ketentuannya harus selalu seorang perempuan. Terbukti suatu kali, konon pada tahun 1865, seorang laki-laki ditunjuk sebagai penyemah terubuk, tetapi semah itu ternyata gagal: pihak yang diseru, terubuk, tidak terpikat.