Beranda / Telaah / Catatan Al azhar: Penemuan Kembali Kepulauan Sastra Melayu
al azhar

Catatan Al azhar: Penemuan Kembali Kepulauan Sastra Melayu

Bagikan

Angkatan ‘45 dan Angkatan ‘66 juga memperlihatkan ‘politik bahasa dan sastra’ yang canonical: kategori-kategori kualitatif yang mempersempit ruang bagi hadirnya ‘kelainan-kelainan’; penemuan-penemuan baru. Sastra Indonesia menemukan maknanya sebagai ‘sastra nasional’ yang memusat (ke Jakarta) dan mengembangkan relasi-relasi hegemonik terhadap gejala sastra di luarnya, seperti yang dirayakan oleh praktik kekuasaan Orde Baru yang sentralistik.

 

  1. Kepulauan Sastra Melayu: Penemuan Kembali

Di manakah tempat sastra dan intelektual Riau dan Kepulauan Riau? Di dalam konstruksi ke-Indonesia-an seperti yang disebutkan di atas, kawasan ini hanya provinsi; karenanya dalam konteks Indonesia, ekspresi-ekspresi budayanya “hanya patut” ditempatkan ke dalam kategori budaya daerah. Untuk ‘menasional’, seorang penulis daerah harus memperoleh legitimasi dari pusat-pusat keunggulan sastra Indonesia di Jakarta: koran nasional, majalah sastra Horison, penerbit tertentu, Taman Ismail Marzuki (TIM), Dewan Kesenian Jakarta, dll.

Lihat Juga

Catatan Al azhar: Kedaulatan Adat di Negeri ‘Padang Perburuan’

Bagikan  Catatan ini disampaikan sebagai pengantar dalam pembukaan acara “Dialog Virtual Kedaulatan Adat Melayu di ...

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!