Beranda / Telaah / Catatan Al azhar: Penemuan Kembali Kepulauan Sastra Melayu
al azhar

Catatan Al azhar: Penemuan Kembali Kepulauan Sastra Melayu

Bila di Malaysia, Singapura dan Brunei Darussalam, sastra Melayu bersama sejarahnya yang panjang dianggap sebagai akar “sastra Malaysia”, “sastra Singapura”, dan “sastra Brunei Darussalam”, di Indonesia, anggapan itu nampaknya cenderung diterima setengah hati saja. Ke-Melayu-an pada “sastra Indonesia” sering hanya dibatasi pada bahasa yang digunakan para sastrawan kita (bahwa bahasa Indonesia memang bagian dari bahasa Melayu). Bila di Malaysia, Singapura, dan Brunei “Melayu” dipahami sebagai ras, bumiputera vis a vis pendatang (migran), dengan variabel etnisitas yang luas (agama Islam, adat-istiadat, dan bahasa), maka “Melayu” di Indonesia hanya dipikirkan sebagai salah satu etnik pribumi. Islam sebagai ciri ke-Melayu-an juga menjadi ciri yang sebati dengan sebagian besar kelompok etnik lain di Indonesia. Dengan demikian, Melayu dan ke-Melayu-an di Indonesia dicirikan hanya berdasarkan tradisi: adat-istadat dan bahasa ibunya (dialek dan variasi dialek bahasa Melayu).

Bagikan

Lihat Juga

SASTRA LISAN DAN KESADARAN ‘RUANG’

SASTRA LISAN DAN KESADARAN ‘RUANG’ Oleh: Alvi Puspita Rindu Berbilang Rindu “Tapo-apo kojo Waang ma. ...