Mengenai penepuk tepung tawar ada ketentuan adat bahwa apabila orang yang akan ditepuk tepung tawar laki-laki, maka para penepuknya pun harus laki-laki. Begitu juga sebaliknya. Namun, untuk perempuan ada perkecualian. Dia boleh ditepuk tepung tawari oleh laki-laki, sepanjang laki-laki tersebut adalah muhrimnya (memiliki hubungan darah).
Setelah orang yang akan ditepuk tepung tawari duduk di peterakna, Datuk Pebilang akan menjemput nama penepuk tepung tawar seorang demi seorang dan Pembawa Tepak Sirih menjemput dengan menyodorkan tepak sirih pada nama-nama penepuk berdasarkan urutannya. Ketika menyodorkan tepak sirih itu, Pembawa Tepak Sirih duduk bersimpuh dan telapak kakinya ditutup dengan kain sampingnya agar tidak menghadap ke muka orang yang ada di belakangnya karena menghadapkan telapak kaki ke muka orang merupakan hal yang pantang dalam adat Melayu. Pembawa Tepak Sirih kemudian memohon kesediaan penepuk tepung tawar. Selain menjawab kesediaannya, sebagai bentuk penghormatan dan menghindarkan kesan sombong, penepuk harus membuka dan menjamah isi tepak sirih tersebut. Kemudian Pembawa Tepak Sirih beringsut ke tempat semula, yang tidak jauh dari panggung acara. Menjemput dengan tepak sirih dilakukan pada seluruh penepuk satu per satu.
Satu komentar
Pingback: Ribu-ribu - LAM Riau