Usai melakukan prosesi Tepuk Tepung Tawar, penepuk kembali ke tempat duduk semula untuk bergantian dengan penepuk lainnya. Sebelumnya, kembali sembah dilakukan dengan mematuhi aturan yang lebih muda yang lebih dulu melakukan sembah. Sedangkan untuk kembali ke tempat duduk semua juga terdapat aturan yang harus diperhatikan. Jika usia penepuknya lebih muda atau status sosialnya lebih rendah dibandingkan yang ditepuk tepung tawari, maka setelah melakukan sembah, penepuk harus mundur beberapa langkah terlebih dulu baru membalikkan badan untuk berjalan ke arah tempat duduk semula.
Tujuannya adalah agar tidak memunggungi orang yang lebih tua atau dituakan yang bermakna tidak menghormati yang lebih tua. Sedangkan orang yang lebih tua, setelah melakukan sembah dapat langsung kembali ke tempat duduknya.
Prosesi Tepuk Tepung Tawar diiringi dengan musik gebano dengan lantunan syair-syair Barzanji, Dzikir, Marhaban, atau Salawat. Musik gebano pengiring ini dimainkan oleh ibu-ibu yang ditempatkan di sebelah kiri peterakna. Fungsi dari musik gebano ini adalah untuk memeriahkan prosesi Tepuk Tepung Tawar tersebut. Musik gebano baru berhenti setelah alim ulama sebagai penepuk penutup selesai menepuk tepung tawar dan mengangkat tangan untuk berdoa. Doa ini menandai berakhirnya seluruh rangkaian prosesi Tapuk Tepung Tawar. Usai doa, tetamu dipersilakan untuk menikmati hidangan yang telah disediakan.
Satu komentar
Pingback: Ribu-ribu - LAM Riau