Baik produknya tertulis atau lisan, naratif yang dihasilkan adalah tafsir atas kepingan realitas yang dipilih dan dikumpulkan berdasarkan tujuannya. Maka, titik persinggungan antara sejarah dan historiografi (dalam makna formal) dengan karya seni pada umumnya adalah pada tafsir, kesan, pendapat, atau pandangan terhadap sesuatu (seperti ditakrifkan KBBI); dan, tokoh-tokoh yang menjalankan fungsi tukang cerita, kendaraan pembawa naratif ke hadapan khalayak pembaca dan penikmat.
Tun Teja, Tun Irang, dan Tukang Cerita
Bagian berikut ini adalah hasil pembacaan saya atas karya libretto (teks opera) Tun Teja karya Marhalim Zaini (2007) dan novel Selak Bidai Lepak Subang Tun Irang karya Rida K Liamsi (2018). Tun Teja adalah tokoh pusat dalam Opera Tun Teja, berlatar Kerajaan Melaka di masa Sultan Mahmud Syah pada abad ke-15. Sedangkan Tun Irang adalah tokoh pusat dalam novel Selak Bidai Lepak Subang Tun Irang, yang berlatar sejarah di masa Kesultanan Johor diperintah oleh Sultan Abdul Jalil pada abad ke-18. Meskipun berjarak waktu tiga abad, keduanya berkisah tentang perempuan dan kekuasaan.