Beranda / Telaah / Catatan Sita Rohana: Tun Teja, Tun Irang dan Tukang Cerita

Catatan Sita Rohana: Tun Teja, Tun Irang dan Tukang Cerita

Bagikan

Penulis/ pengarang juga memasukkan rasa, emosi, kesan, pendapat, pandangan, dan harapannya. Dalam Opera Tun Teja, Marhalim mengisi rasa dan emosi tokoh-tokoh sejarah, pergulatan batin masing-masing tokoh berhadapan dengan nilai-nilai (adat) yang berlaku: mempertembungkan setia vs. derhaka, kekuasaan (raja) vs. rakyat, kepatuhanvs. perlawanan, sehingga membuka ruang tafsir dalam pembacaan yang dilakukan oleh khalayaknya. Dalam Selak Bidai Lepak Subang Tun Irang, Rida K Liamsi menuangkan tafsir atas situasi yang dialami Tun Irang, mengundang empati dan simpati khalayaknya. Dan, pada saat yang sama menggiring khalayak pada pesan yang dititipkannya: bahwa Tun Irang bukanlah sosok pasif yang menjalani perannya sebagai perempuan ‘anak raja’, ‘pengikat’ aliansi kekuasaan Melayu-Bugis untuk menghadapi Siak. Sejarah memberikan gambaran bahwa perempuan anak raja adalah aset yang sangat penting dalam terjalinnya aliansi antar kuasa. Salah satu kisah legendaris tema ini terjadi satu abad sesudahnya, yaitu pernikahan antara Raja Hamidah (Engku Puteri) dengan Sultan Mahmud III yang mengeratkan kembali aliansi Melayu-Bugis di Kerajaan Riau-Lingga-Johor-Pahang.

Lihat Juga

Kedaulatan Masyarakat Hukum Adat Di Propinsi Riau Sebagai Upaya Pengelolaan Alam Yang Lestari Menghadapi Tantangan Pasca Pendemi Covid-19

BagikanMateri ini dipaparkan oleh Mardhiansyah, S.Hut., M.Sc., IPU. Dosen Jur.Kehutanan FP UNRI dan Pengurus MKA LAMR pada ...

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!