Beranda / Telaah / Catatan Sita Rohana: Tun Teja, Tun Irang dan Tukang Cerita

Catatan Sita Rohana: Tun Teja, Tun Irang dan Tukang Cerita

Bagikan

Melalui kedua karya ini, si tukang cerita —penulis/ pengarang— menyuarakan yang tidak tertulis dalam sejarah. Mengedepankan ‘jeritan lirih’ kaum yang dalam kekuasaan semasa tidak menjadi focal point, menampilkan yang berada di luar panggung ‘sejarah’, menambahkan tafsir pada naratifnya, dan menampilkan keping realitas dan/ atau imajinasi atas realitas yang terjadi di masa lalu, menenunnya dalam konteks kekinian.

Ada hal menarik di sini. Dalam bahasa Inggris sejarah disebut history, yang dalam perspektif gender seringkali dipelesetkan sebagai ‘his’ story’, naratif ciptaan ‘laki-laki’ yang menjadi simbol kekuasaan, dominan, pusat, focal point. Apabila disandingkan dengan larik puisi Ediruslan Pe Amanriza –“Sejarah kami adalah dongeng nenek menjelang tidur”– maka akan terbayang adanya oposisi ganda: sejarah vs. dongeng; laki-laki vs. perempuan. Hubungan yang dapat bermakna relasi perbedaan yang setara atau relasi kekuasaan antara yang dominan dan subordinat, tergantung pada perspektif yang dipilih. Secara kultural, yang kedua masih disepakati hingga kini.

Lihat Juga

Kedaulatan Masyarakat Hukum Adat Di Propinsi Riau Sebagai Upaya Pengelolaan Alam Yang Lestari Menghadapi Tantangan Pasca Pendemi Covid-19

BagikanMateri ini dipaparkan oleh Mardhiansyah, S.Hut., M.Sc., IPU. Dosen Jur.Kehutanan FP UNRI dan Pengurus MKA LAMR pada ...

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!