Tak pelak lagi, melalui karya-karya itu, mereka mengajak kita berpikir kritis dan merangsang hasrat untuk berkaryapula. Mereka memilih sejarah sebagai inspirasi karena melihat masih luasnya ruang untuk melakukan tafsir, mengeksplorasi berbagai sumber untuk memperkayanya, dan menjadikannya sebagai karya yang menarik khalayak pembaca dan penikmat. Menyajikan tafsir baru menjadi tantangan dalam proses kreatif tersebut. Semakin tafsir itu tidak terduga, akan semakin menarik untuk ditanggapi dan dikritisi oleh khalayak pembaca dan penikmatnya.
Maka, para penulis/ pengarang sebagai ‘tukang cerita’ dan ‘dagang’ (dengan media teater maupun novel) tidak hanya mempersembahkan dirinya sebagai pengantar kisah —mendekatkan sejarah kepada khalayak melalui kisah-kisah yang dikarangnya— tetapi juga pesan dan pengetahuan, ‘kandil akal di pelantar budi’.