‘Keterbatasan’ atau pembatasan-pembatasan dalam penulisan sejarah dan historiografi ini menguatkan kesan ekskusivitasnya; sesuatu yang terpahami dan sangat dapat diterima. Ibarat kitab, maka sejarah adalah pondasi bagi eksistensi satu kaum atau bangsa. ‘Keterbatasan’ ini membuka ruang bagi tafsir-tafsir baru, sebagaimana yang dilakukan para penulis/ pengarang karya seni (termasuk sastra).
Naratif dan Narator
“Sejarah kami adalah dongeng nenek menjelang tidur”
Larik puisi Sejarah Kami (1981) karangan Ediruslan Pe Amanriza selalu menarik untuk dieksplorasi dalam usaha untuk membaca sejarah dan historiografi dari perspektif Barat dan Melayu. Klaim faktualitas teks sejarah sering dipertentangkan dengan fiksionalitas teks sastra (dan seni pada umumnya).