Sebaliknya, dalam keadaan semacam itulah makin diperlukan seseorang yang berjiwa baja, memiliki visi ke depan dengan kesadaran pada kemampuan diri sendiri. Kesetiaan pada bangsa, menjadi pertimbangan terdepan, apalagi pada saat serupa, sedang terjadi peralihan pemerintahan antara Orde Lama dengan Orde Baru. Di dalam diri almarhum Brigjen TNI (Purn) H. Arifin Achmad, terdapat itu semua—seorang militer, tetapi dibesarkan dalam dinamika peradaban—pergulatan antara tradisi dan kekinian, birokrat dan wiraswasta, bahkan pergulatan antara dunia Timur dengan Barat.
Mengikuti orangtua yang akhirnya menetap di Selatpanjang, Kabupaten Kepulauan Meranti, sebetulnya kehidupan almarhum Brigjen TNI (Purn) H. Arifin Achmad sejak kecil, lebih banyak dibaluri suasana wiraswasta khususnya perdagangan. Ayahnya, almarhum Tuan Ahmad Melan, kemudian dikenal sebagai pembaharu tanaman sagu yang berhubungan langsung dengan luar negeri. Sebelah emaknya yakni almarhum Puan Cik, juga mengembangkan dunia perdagangan. Beberapa tanker dikuasi oleh keluarga ini, tidak saja melayari sungai, dan selat, tetapi juga laut antarbenua, berhubungan dengan banyak orang, bertukar informasi dalam semua tingkatan usia maupun status sosial.