TAK berlebihan kalau diucapkan bahwa tanpa kata-kata pun, pastilah banyak orang menyimpulkan bagaimana menyatunya Riau dengan sosok seseorang yang bernama Brigjen TNI (Purn) H. Arifin Achmad. Pada hari wafatnya, 11 Januari 1994, jasad Gubernur Riau itu, justeru dirahab oleh kain tenun Siak, salah satu produk budaya kebanggaan Melayu Riau. Ia tampak begitu “menikmati” hal tersebut sebelum tubuhnya dimasukkan ke dalam lahat yang berjarak sekitar 1.238 Km dari tanah kelahiran, jarak antara Riau dengan Jakarta.
Begitu susah diterangkan secara logika tentang kenyataan itu. Tetapi hati dapat menyebutkan dengan segera bahwa hal tersebut pastilah berhubungan langsung dengan kecintaan dan keinginan. Sesuatu yang tak bisa dibuat-buat yang tampaknya menjadi semacam takdir. Kita menarik nafas panjang manakala ingat bahwa jasad isterinya, Martha Lena, yang meninggal sepuluh tahun sebelumnya yakni 7 Mei 1984, juga dirahab kain tenunan Siak. Lengkaplah gambaran ini menuturkan suatu kisah khusus manakala tubuh salah seorang anaknya yakni, Dr.dr. Rossalyn Sandra Andrisa SpM. MEpid, yang berpulang kemudian—12 Juli 2017–juga dirahab kain tenun serupa.