Menurut Tabrani Rab, dalam catatan 40 hari setelah kepulangan almarhum, perjuangannya yang terberat adalah memutuskan hubungan antara serangan dari timur dan barat Belanda pada Agresi II. Sebagai komandan gerilya ketika itu, ia ditugaskan memutuskan hubungan Pekanbaru- Bangkinang dengan membumihanguskan Bangkinang , memutuskan rakit penyeberangan di Danau Bingkuang dan Teratakbuluh serta membumihanguskan basis militer di Pekanbaru. “Bagaimana kenangan Pak Arifin ketika melaksanakan tugas berat itu, tanya saya kepada beliau ketika kami pada suatu kesempatan menyeberangi jembatan Danau Bingkuang bersama. Oh biarlah bagaimana kata sejarah,” jawab almarhum Brigjen TNI (Purn) H. Arifin Achmad, kepada Tabrani waktu itu.
