Bagaimanapun, setakat ini para pengamat sastra lebih cenderung memperkirakan bahwa untuk Gurindam Dua Belas, Raja Ali Haji beroleh ilham dari bentuk puisi dalam tradisi tulis Parsi (lihat Gurindam Dua Belas dan Persembahannya).
Selain gurindam, Raja Ali Haji juga menulis “syair berkait” (sandingan “pantun berkait”) yang disebut ikat-ikatan. Jenis puisi ini hampir tidak pernah lagi diciptakan oleh penyair-penyair berbahasa Melayu sesudah dirinya. Ia sendiri mewariskan ikat-ikatan yang berjudul Ikat-ikatan Duabelas Puji (ditulis beliau pada bulan Zulkaidah 1274 H/ antara 12 Juni-11 Juli 1858).
Puisi-puisinya yang lain ialah sejumlah syair didaktis seperti Syair Hukum Nikah (1866) yang juga dikenal dengan judul Syair Suluh Pegawai (terbitan Mathba’at al-Ahmadiah, 1923), Syair Siti Shianah (dokumen Yayasan Inderasakti, salinan tahun 1333 H/ 1914, yang diperkirakan sebagai naskah dasar untuk teks cetak yang diterbitkan Al-Ahmadiah Press tahun 1923), Syair Awai (dicetak di Riau tahun 1868/1869, diperkirakan semula dimaksudkan untuk penjelasan lema “awai” dalam Kitab Pengetahuan Bahasa), sebuah syair tanpa judul yang dimuat majalah berbahasa Belanda Warnasarie (Indische jaarboekje 1853, halaman 113-118), dan syair-syair dalam Kitab Pengetahuan Bahasa.
3 Komentar
Pingback: Catatan Al azhar: Gurindam Dua Belas & Persembahannya - LAM Riau
Pingback: Salinan Naskah Gurindam Dua Belas Raja Ali Haji - LAM Riau
Pingback: Alih Aksara Gurindam Dua Belas - LAM Riau