“… Ketahui olehmu hai orang yang berkehendak kepada memperbuat syair Melayu atau pantunnya maka hendaklah mengetahui dahulu kaidah timbangnya dan sajaknya dan cacatnya, karena tiap2 pekerjaan tiada dengan ilmu diperlajarkan (!) kepada ahlinya maka yaitu tidak sunyi daripada tersalah dan cacat. …” (Jan van der Putten dan Al azhar, 1995: 37-38 dan 119-122).
Pernyataan ini menggarisbawahi prinsip kepengarangan dan penulisan beliau yang mesti berpaksi pada ilmu yang dipelajari. Dengan demikian, setiap karya—termasuk fiksi—baginya lebih merupakan buah akalbudi daripada ekspresi perasaan-perasaan khusus belaka.
3 Komentar
Pingback: Catatan Al azhar: Gurindam Dua Belas & Persembahannya - LAM Riau
Pingback: Salinan Naskah Gurindam Dua Belas Raja Ali Haji - LAM Riau
Pingback: Alih Aksara Gurindam Dua Belas - LAM Riau