Gurindam Dua Belas ditulis Raja Ali Haji pada tahun 1847, dan tujuh tahun kemudian (1854) diterbitkan oleh Elisa Netscher (seorang pegawai tinggi pemerintah Hindia-Belanda yang juga dikenal sebagai penulis sejarah) berikut terjemahannya dalam sebuah majalah Belanda (Tijdschrift van Bataviaasch Genootschap – TBG). Sebelum Raja Ali Haji menciptakannya, gurindam bukanlah bentuk puisi yang dikenal dalam tradisi tulis Melayu. Kata gurindam memang dikenal dalam bahasa Melayu sebagai suatu bentuk kemahiran tuturan bersajak, sebagaimana secara tersirat digambarkan oleh sejumlah seni lisan Melayu. Misalnya, dalam kutipan larik-larik koba (sebuah genre cerita yang didendangkan dalam tradisi lisan Melayu Rokan) berikut ini: sudah naik Selamat ke anjung tinggi – anjung tinggi Cemala Ganti – sudah berjumpa dengan si Kembang Cina … – dengarlah kecikak pantun dan gurindam mereka di sana. Kutipan tersebut tidak memberitahu bagaimana bentuk bertutur yang disebut sebagai “gurindam” itu, sehingga kita tidak bisa memastikan jawaban: apakah bentuk “gurindam” yang dimaksud sama atau mirip dengan yang ditulis Raja Ali Haji? Apakah Raja Ali Haji “hanya” memindahkan bentuk bahasa bersajak dalam tradisi lisan Melayu itu ke dalam tulisan? Tetapi, apakah genre tertentu dalam seni-seni lisan Melayu selalu dapat dikatakan lebih dulu ada dibanding genre yang serupa atau mirip dengan yang terdapat dalam tradisi tulis?
Tags Budaya Melayu gurindam 12 Gurindam dua belas Raja Ali Haji tunjuk ajar tunjuk ajar melayu
Lihat Juga
Sultan Syarif Kasim II: Tahta untuk Indonesia
Bagikan Sultan Syarif Kasim II atau Yang Dipertuan Besar As-Syaidi s-Syarif Kasim Sani Abdul Jalil ...
3 Komentar
Pingback: Catatan Al azhar: Gurindam Dua Belas & Persembahannya - LAM Riau
Pingback: Salinan Naskah Gurindam Dua Belas Raja Ali Haji - LAM Riau
Pingback: Alih Aksara Gurindam Dua Belas - LAM Riau