Dari surat-suratnya diketahui bahwa lema-lema untuk kitab ini dan pengertiannya disusun Raja Ali Haji beriringan dengan pekerjaannya memasok kata-kata dan pengertiannya kepada Von de Wall yang sedang ditugaskan pemerintah Hindia-Belanda menyusun kamus Melayu – Belanda. Penjelasan panjang-lebar (mufassar) yang dipasok Raja Ali Haji rupanya tidak sejalan dengan kaidah kamus yang diinginkan oleh Von de Wall. Jawaban Raja Ali Haji atas keluhan sahabatnya itu kini menjadi bahan yang penting untuk memahami kesadaran, prinsip dan tujuan beliau menyusun kitab tersebut.
Bagi Raja Ali Haji, kata-kata tertentu tidak hanya berfungsi sebagai pengantar pengertian-pengertian, tapi mengandung nilai khusus yang berfungsi mengarahkan kesadaran dan identitas kultural. Bila kata-kata itu hanya diberi makna mufradnya, maka samalah artinya dengan merenggut nilai dan fungsi kata-kata tersebut dari hakikat kehidupan dan jati diri orang Melayu. Sifat reduktif yang menumpang pada kaidah kamus yang diterapkan Von de Wall (dengan kawalan pemerintah Hindia-Belanda) itulah yang ditolak Raja Ali Haji, sehingga beliau kemudian terkesan berjalan sendiri: menyusun kitab “kamus” yang katanya “dikhususkan untuk orang-orang Melayu” saja (Maier, 2001: 162-180). Maka mungkin karena itulah Kitab Pengetahuan Bahasa tidak tersangkut di jala penerbitan dan/ atau pemeliharaan naskah yang ditebarkan oleh pemerintah kolonial Belanda. Naskah Kitab Pengetahuan Bahasa hanya menjadi koleksi keluarga beliau, sebagian hilang, dan sisanya diterbitkan oleh Al-Ahmadiah Press Singapura pada tahun 1927.
3 Komentar
Pingback: Catatan Al azhar: Gurindam Dua Belas & Persembahannya - LAM Riau
Pingback: Salinan Naskah Gurindam Dua Belas Raja Ali Haji - LAM Riau
Pingback: Alih Aksara Gurindam Dua Belas - LAM Riau