Syair-syair dalam buku kamusnya ini dihidangkan setelah pengertian leksikografis terhadap kata tertentu, dan dimaksudkan sebagai paparan makna luas kata tersebut. Paparan itu memenuhi semua unsur naratif, sehingga patut dianggap sebagai sebuah syair-kisahan yang utuh dan berdiri sendiri. Dalam suratnya kepada Von de Wall (seorang pegawai bahasa pemerintah Hindia-Belanda), bertanggal 2 Muharram 1289/ 12 Maret 1872, Raja Ali Haji dengan jelas menyatakan tujuannya memasukkan syair-kisahan itu ke dalam kamusnya, yaitu “supaya menyukakan hati orang muda-muda mutalaahnya (menelaahnya; pen.)” (Jan van der Putten dan Al azhar, 1995: 107). Syair terakhir yang ditulis oleh Raja Ali Haji berjudul Syair Sinar Gemala Mestika Alam (teks cetak yang diterbitkan oleh Mathba’at al-Riawiyah, 1313 H/ 1895), berisikan kisah-kisah sekitar kelahiran Muhammad SAW, dan merupakan saduran dari Syarf al-Anâm.

Makam Raja Ali Haji di Penyengat (Foto: Raja Malik Hafrizal)