Raja Ali Haji memiliki bakat yang beragam, sebagaimana terlihat dari topik karangan yang diwariskannya dan peran kesejarahan yang dimainkannya dalam lingkungan Kerajaan Riau-Lingga semasa. Beliau menulis gurindam dan sejumlah syair, kitab-kitab kebahasaan (tatabahasa dan kamus), kepemimpinan, dan sejarah, yang semuanya dianggap memiliki keunggulan-keunggulan khusus dalam sejarah tradisi tulis alam Melayu.

Sebagai penyair, ia menciptakan Gurindam Dua Belas yang sangat terkenal itu, yang dibaca dan dibahas dalam pelajaran sejarah sastra di sekolah-sekolah di Indonesia. Karyanya itulah yang mengilhami pemerintah setempat membuat semboyan Kota Gurindam Negeri Pantun terhadap ibukota Provinsi Kepulauan Riau, Tanjungpinang. Di kota itu kini, pembacaan Gurindam Dua Belas hadir sebagai suatu bentuk seni yang popular, setelah “diciptakan” oleh budayawan Haji Raja Hamzah Yunus (Alm.) bersama Raja Abdulrahman Djantan (keduanya bermastautin di Pulau Penyengat) pada tahun-tahun 1980-an. Bentuk seni ini menghidangkan sejumlah bait dari pasal-pasal Gurindam Dua Belas yang relevan dalam bentuk pertunjukan oleh dua orang atau lebih, yang merangkaikan gaya pembacaan deklamasi dengan melodi nyanyian-nyanyian yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Melayu, seperti bernazam, nandung, hadrah, dan lain-lain; adakalanya diiringi musik, adakalanya tidak. Bentuk seni ini kemudian menyebar ke kawasan-kawasan lain, dipertunjukkan dalam pembukaan acara-acara yang khidmat, terutama acara-acara resmi yang berkaitan dengan kebudayaan, baik langsung maupun tidak.
3 Komentar
Pingback: Catatan Al azhar: Gurindam Dua Belas & Persembahannya - LAM Riau
Pingback: Salinan Naskah Gurindam Dua Belas Raja Ali Haji - LAM Riau
Pingback: Alih Aksara Gurindam Dua Belas - LAM Riau