Pada tahun-tahun akhir 1950-an itu, di lingkungan seniman dan pemuda terpelajar ada kebiasaan menyamarkan nama. Bila ia seorang penulis, nama samaran itu disebut ‘nama pena’. Tengku Nasaruddin Said Effendy memilih nama samaran dengan memendekkan empat kata nama pemberian orangtuanya menjadi akronim yang terdiri dua kata: Tenas Effendy. Menurut beliau, kedua orang tuanya tidak keberatan. Maka sejak itu nama Tenas Effendy beliau gunakan baik untuk identitas pencipta pada karya-karyanya, maupun identitasnya sebagai warga negara.
Memilih sastra dan seni
Tahun 1958 Tenas Effendy pindah ke Pekanbaru Riau, dan terus melakukan aktivitas sastra dan seni. Di bidang senirupa, beliau pernah mengadakan pameran lukisan di Rumbai (bersama Muslim Saleh). Pada tahun 1960, sejalan dengan pendidikannya, Tenas sempat mengajar di salah satu sekolah di Siak. Namun kesenian lebih kuat menggodanya, sehingga ia kembali ke Pekanbaru. Melalui lembaga Pondok Senirupa Riau yang dibentuknya bersama OK Nizami Jamil, mereka menggiatkan pameran dan festival.
Al fatihah