Demikian pula di bidang seni tari. Seniman dan penata tari di lingkaran BPKD didorong menata-ulang khasanah tari tradisional Melayu Riau yang bersifat kolektif-intuitif menjadi persembahan yang memperhitungkan kaidah-kaidah koreografi modern. Meskipun kemudian tari-tari itu diakui sebagai ciptaan pribadi, pada proses awalnya selalu ada perkongsian pengalaman budaya tari antara sesama seniman serta budayawan yang berhimpun di BPKD tersebut, termasuk Tenas Effendy.
Namun, gairah terbesar Tenas Effendy di lingkungan BPKD itu adalah menulis. Melalui lembaga tersebut beliau menerbitkan sejumlah buku sastra, seperti Lancang Kuning, Kubu Terakhir, Banjir Darah di Mempusun, dan lain-lain. Sebagaimana naskah-naskah ‘drama klasik’ yang beliau tulis sebelumnya, cerita-ceritanya pada ‘periode BPKD’ tersebut berangkat dari legenda, mitos, dan sejarah lisan yang mestinya bersumber dari penghayatan terhadap lingkungan kampung Melayu tradisional yang mengasuh dan membesarkan beliau.
Al fatihah