Mengumpul ‘remah-remah’
Sebagaimana dapat dicerna dari warisan yang ditinggalkannya, pengkaryaan Tenas Effendy pasca ‘periode BPKD’ bergerak dari keprihatinan terhadap kesinambungan kebudayaan Melayu. Pada tahun-tahun awal berdirinya Provinsi Riau, yang hampir bersamaan dengan masa Tenas Effendy mulai menceburkan diri sepenuhnya ke dalam kegiatan seni-budaya, peranan orang dan tempat yang dulunya menjadi rujukan bagi dinamika budaya Melayu di Riau sudah makin melemah. Orang-orang patut sebagai pusat ingatan budaya di kampung-kampung sudah berkurang jumlahnya, sebagian karena hijrah ke kota, sebagian lagi karena menua tanpa pelapis. Acara-acara komunal sebagai wadah pewarisan terbuka pengetahuan dan pengalaman budaya juga mulai jarang dilakukan. Pusat-pusat kerajaan dan aktivitas adat di masa lampau pun sudah merosot kewibawaannya.
Al fatihah