Pertama, dari kisah legenda dalam epos I La Galigo (mitologi tentang asal-usul kehadiran manusia di bumi); sebuah karya sastra Bugis yang memperoleh pengakuan UNESCO sebagai warisan dalam Ingatan Dunia atau Memory of The World (MOW), tahun 2011. I La Galigo menceritakan tentang Negeri Bugis (Luwu) sekitar abad ke-10 dan ke-11, terdiri atas 6,000 halaman folio dan disebut sebagai karya sastra terpanjang di dunia. Jumlah barisnya 225,000. Bandingkan dengan Mahabarata yang jumlah barisnya 160,000 – 200,000 baris saja. Dalam epos klasik Bugis itulah ditemukan kata Melayu.
Manusia pertama yang diturunkan ke bumi adalah Batara Guru. Ia putera PatotoE (Sang Pemberi Nasib), Dewata yang Mahatunggal (Dewata Seuwae). Batara Guru menikah dengan We Nyili Timoq, Putri Penguasa Dunia Bawah, yang bertahta di dasar samudera. Ketika We Nyili Timo akan melahirkan, ditiupnya suling emas ratusan jumlahnya, dibunyikan gamaru ribuan jumlahnya, diiringi gong, disertai “tari Malayu” (Sere Malayu). (La Galigo jilid 1, 2017). Kata “tari Melayu” yang pertama kali disebut pada awal penceritaan epos I La Galigo ini adalah tarian yang amat sacral, yang sengaja disuguhkan untuk menyongsong lahirnya Putra Mahkota Kerajaan, Penguasa Bumi.