Dalam keadaan putus asa dan gagal membuat kesepakatan, sidang di kerajaan Puyu-puyu jadi tidak terkendali. Meski para bintara dan dayang-dayang sudah berikrar setia dan rela berperang sampai mati demi Puyu-puyu, kebimbangan tetap saja terjadi. Lalu, ikan Sebahan, yang amat mengasihi Puteri Puyu-puyu, menasehatinya agar mengabaikan ikrar perang kawan-kawan dan para pembantunya itu. Sebahan justeru menyarankan agar Puyu-puyu berserah diri kepada Tuhan, dan meminta pertolongan-Nya.
Puteri Puyu-puyu mengikuti nasehat Sebahan, lalu memanjatkan doa. Doanya kabul: hujan badai turun, dan di tengah kilat dan petir sabung-menyabung, turunlah nenek moyangnya dari Kayangan ke kolam itu membawa pohon pulai dari Tanjungbalai, lalu Puyu-puyu mengamankan diri di pucuknya.