Dihubungkan dengan penggalan kisah dari Sejarah Raja-raja Melayu itu membuka kemungkinan untuk menafsirkan Pangeran Terubuk dalam Syair Ikan Terubuk sebagai Raja Alam, dan Puteri Puyu-puyu sebagai Sultan Ismail. Maka Syair Ikan Terubuk adalah gema dari kisah kesejarahan bagaimana Raja Alam menyerang Siak dan mengusir Sultan Ismail. Tafsir ini diperkuat oleh sejumlah unsur yang dapat melalui hubungan-hubungan intertekstual spesifik lainnya, khususnya dengan Syair Perang Siak (Goudie 1989). Di dalam syair ini, perang antara Raja Alam dan Sultan Ismail di Siak juga dibentangkan secara luas. Dalam Syair Ikan Terubuk, Pangeran Terubuk dipanggil Raja Muda; dalam Sejarah Raja-raja Melayu (488 dan seterusnya) ia juga dipanggil Raja Muda. Di dalam Syair Ikan Terubuk, Puteri Puyu-puyu digambarkan sebagai makhluk peragu; Sultan Ismail pun dalam Sejarah Raja-raja Melayu pun terkesan demikian. Serangan Pangeran Terubuk digambarkan datang dari laut Mengkalis, dekat Bukitbatu; serangan pasukan gabungan Belanda dan Raja Alam dalam Sejarah Raja-raja Melayu dan Syair Perang Siak, pun dari kawasan yang sama. Puteri Puyu-puyu selamat tanpa cedera, seperti halnya Sultan Ismail dalam Sejarah Raja-raja Melayu dan Syair Perang Siak. Di dalam keputusasaannya, Puteri Puyu-puyu digambarkan sedang duduk berpangku dan semayam dipangku, dan itu bersesuaian dengan gambaran yang diberikan dalam Syair Perang Siak tentang Sultan Ismail yang belia: Tiang kerajaan duli tuanku / ayahanda dan kakanda kedua memangku dan Tiada berapa kerajaan baginda / dipangku oleh ayahanda dan kakanda.12
Tags ikan ikan terubuk siak syair terubuk terubuk
Lihat Juga
Pantun Melayu Tahun 1848 (2)
Pengantar: Selain yang sudah dimuat sebelumnya [Lihat: Pantun Melayu Tahun 1848 1], pada halaman 182 ...