Beranda / Matabudaya / Syair Perang Siak

Syair Perang Siak

Bagikan

Para ahli yang meneliti naskah ini sepakat bahwa dari ketiga naskah tersebut, yang tertua adalah Klinkert 154. Berdasarkan petunjuk eksternal, Goudie memperkirakan Klinkert 154 ditulis tahun 1764 di Tambelan Pulau Tujuh (Kepulauan Riau). Namun pakar sastra Melayu lainnya, G.L. Koster, mengemukakan pendapat yang berbeda. Dalam bukunya Roaming Through Seductive Gardens (1995; versi terjemahannya: Mengembara di Taman-taman yang Menggoda, 2011), sarjana berkebangsaan Belanda ini menyebutkan bahwa naskah Klinkert 154 itu adalah salinan (dari naskah lain yang lebih tua, tapi belum ditemukan) yang ditulis antara November 1849 dan November 1850 di Senapelan (sekarang: Pekanbaru) oleh seorang Siak bernama Encik Mustafa. Koster mendasarkan pendapatnya tersebut melalui bacaan atas sepucuk surat yang dikirim oleh H.C. Klinkert (seorang penginjil berkebangsaan Belanda yang banyak mengumpulkan naskah-naskah Melayu) dari Riau kepada Panitia Pengurus Harian Lembaga Injil Belanda bertarikh September 1864, yang menyatakan bahwa naskah tersebut (Klinkert 154) dihadiahkan kepadanya oleh seorang pegawai keresidenan Riau bernama J.E. van Angelbeek (Almanak 1863: 140). Menurut Van Angelbeek kepada Klinkert, naskah itu sebelumnya milik seorang Yamtuan Muda Siak, Tengku Putera, sampai ia diasing­kan oleh Belanda ke Riau-Lingga pada tahun 1862.

Lihat Juga

Marsden dan Pantun Melayu (tahun 1812)

Bagikan Pengantar William Marsden (1754-1836), seorang linguis dan sejarawan Inggris, adalah ilmuwan pioneer untuk kajian ...

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!