Bait 110 – 131: Setelah Raja Alam meninggalkan Siak melalui perpisahan yang mengharukan dengan keluarga dan rakyat, Raja Mahmud/Buang Asmara bersedih. Ia menjadi Sultan menggantikan ayahnya (Raja Kecik), dan diminta melengkapi kembali alat kebesaran kerajaan yang sebagian dibawa pergi oleh Raja Alam. Ia juga memindahkan ibukota kerajaan dari Buantan ke Mempura, melakukan penyerbuan sebuah kubu dagang Belanda dan berhasil merampasnya.
Bait 132 – 227: Namun sebelum Raja Mahmud/Buang Asmara dapat mewujudkan hasratnya melaksanakan perang suci melawan Belanda di Melaka, ia gering, lalu mangkat. Kemangkatannya diratapi oleh rakyatnya. Ia digantikan oleh puteranya, Ismail. Oleh karena Ismail masih muda, maka pamannya yang bernama Tengku Busu dan sepupunya Muhammad Ali (putera Raja Alam) bertindak sebagai walinya.