Di lingkungan pengkaji sastra-naskah Melayu (terutama bangsa Barat), Syair Ikan Terubuk sudah lama mendapat perhatian. Wilkinson (1913) menyebutnya sebagai ’syair teologis’, karena di puncak krisis yang dihadapi salah satu tokohnya yakni Puteri Puyu-puyu, Tuhan menurunkan leluhurnya bersama pohon pulai sebagai medium penyelamatan dari serangan pasukan Terubuk.2 Winstedt (1977) menyebutnya sebagai syair ’erotik dan didaktik’, antara lain karena gerakan kisahannya dipicu oleh birahi dan rindu dendam Terubuk kepada Puyu-puyu.3 Pengkaji dari nusantara yang menyunting dan menerbitkan buku Antologi Syair Simbolik (1980) menyebutkan kisahan Syair Ikan Terubuk berhubungan dengan persoalan politik, finansial, atau romantik.4 Walau bagaimanapun, dalam keragaman pendekatan itu, mereka pada umumnya sependapat bahwa tokoh-tokoh dan kisahan Syair Ikan Terubuk bersangkut-paut dengan manusia, budaya, dan peristiwa-peristiwa kesejarahan tertentu di alam Melayu. Oleh karena itu, mereka menggolongkan syair ini ke dalam beberapa istilah yang menunjukkan genrenya, seperti syair sindiran, syair kiasan, syair simbolik, dan sebagainya.
Tags ikan ikan terubuk siak syair terubuk terubuk
Lihat Juga
Pantun Melayu Tahun 1848 (2)
Pengantar: Selain yang sudah dimuat sebelumnya [Lihat: Pantun Melayu Tahun 1848 1], pada halaman 182 ...