Beranda / Telaah / Catatan Al azhar: Sejarah atawa Dongeng?

Catatan Al azhar: Sejarah atawa Dongeng?

Bagikan

Dialog adalah saat-saat kritis dalam pengalaman tekstual seseorang atau sekelompok komunitas. Di dalam dialog, orang memberdayakan kuasa budaya yang menaunginya, bisa dalam pola membandingkan dengan pengalaman empiriknya sendiri, bisa pula dengan pengalaman yang dipinjamnya dari pengalaman orang lain atau teks-teks lain. Dialog dengan demikian adalah permainan intertekstual. Dan, kita pada akhirnya tak pernah tahu pasti makna apa yang diberikan seseorang atau suatu komunitas pada teks itu: menggugatkah, mengakuikah, atau sintetikal (merangsang hal-hal baru).

Dalam konteks ini kita bisa memasuki hikmah kritis yang kedua dari larik sajak di atas: “Sejarah kami adalah dongeng nenek menjelang tidur”. Bagi ‘kami-lirik’, teks-teks sejarah yang tersaji ‘adalah dongeng’, yang penanggapannya lebih memerlukan kuasa-kuasa imajinatif dibandingkan pengalaman-pengalaman konkrit-empirik. Namun, apakah ‘sejarah kami’? Siapakah ‘kami’? Seberapa luas ruang makna pada kata ‘kami’ itu? Tersebab penyairnya (Ediruslan Pe Amanriza) anak watan Riau, apakah ‘kami’ yang dimaksudkannya adalah ‘kami’ dalam ‘lokalitas’ Riau? Atau, karena Riau adalah bagian dari Indonesia, maka ‘kami’ itu adalah lingkungan ‘nasionalitas’ Indonesia? Atau, karena Riau secara geo-kultural menembus batas nation-state, maka ‘kami’ yang dimaksud sajak tersebut merangkum ruang ‘regionalitas’?

Lihat Juga

Catatan Al azhar: Kedaulatan Adat di Negeri ‘Padang Perburuan’

Bagikan  Catatan ini disampaikan sebagai pengantar dalam pembukaan acara “Dialog Virtual Kedaulatan Adat Melayu di ...

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!