Dalam keseharian kita, kata “sejarah” membawa pikiran kita memasuki ruang pengertian kisah-kisah tentang peristiwa yang benar-benar terjadi (real). Oleh karena itu ia terkebat pada kelampauan yang terjelaskan: bisa dulu, lama sekali; bisa baru saja terjadi. Sebaliknya kata “dongeng”; peristiwa yang dikisahkannya bebas-merdeka dari ihwal ‘benar-benar terjadi’. Meski sering diawali dengan kata-kata “pada zaman dahulu kala”, peristiwa yang dikisahkan dalam dongeng tidak mengharuskan adanya penjelasan ‘bila persisnya’, ‘dimana tempatnya dalam peta’, dan ‘apakah tokohnya benar-benar ada’. Itulah sebabnya, bagi orang-orang yang suka membuat peringkat-peringkat kepentingan, kisahan sejarah dianggap lebih tinggi dibanding kisahan sastra (apalagi dongeng). Maka, penyetaraan “sejarah” dengan “dongeng” dalam baris puisi “Sejarah kami adalah dongeng nenek menjelang tidur” itu tentu janggal, mengada-ada, dan sebaiknya lupakan saja. Lupakan?
Tags al azhar Datuk Seri Al Azhar Dongen Raja Ali Haji sejarah
Lihat Juga
Catatan Al azhar: Kedaulatan Adat di Negeri ‘Padang Perburuan’
Bagikan Catatan ini disampaikan sebagai pengantar dalam pembukaan acara “Dialog Virtual Kedaulatan Adat Melayu di ...