Mengulang da’a ka muko [Menjulang darah ke muka]
Akan tetapi, kadang-kadang perjumpaan itu tidak terjadi karena sarang telah ditinggalkan lebah. Maka, bagai kekasih yang kecewa, Juagan menyampaikan kekecewaannya itu dengan menyanyikan pantun, antara lain:
Banyak nyamuk sialang bandung [Banyak nyamuk sialang bandung]
Duo kali tu’un ke tanah [Dua kali turun ke tanah]
Apo mengamuk ati nan jantung [Mengapa beramuk hati dan jantung]
Itam mani indak di umah [Hitam Manis tidak di rumah]
à Menyapu atau mengusir lebah dari sarangnya dengan tunam. Untuk mengambil sarangnya, lebah yang berkerubung disapu dengan tunam tanpa membunuhnya. Jatuhnya percik api tunam yang disapukan akan diikuti oleh lebah, sehingga di tanah sekitar pangkal sialang terbentuk onggokan-onggokan ribuan lebah yang seperti tak berdaya untuk terbang (kena pasu). Agar tidak mendapatkan gangguan, Juagan menyanyikan pantun mantra yang menyebut Nabi Sulaiman yang merupakan raja segala binatang, seperti: