Dari cara penyebaran dan pewarisan verbal itu, kita melihat gejala bahwa ‘tunjuk ajar’ berakar dalam tradisi lisan, dan menegaskan matra (dimensi) didaktik peristiwa-peristiwa lisan lintas genre yang berlangsung di tengah-tengah masyarakat Melayu. Keberadaannya di dalam peristiwa-peristiwa lisan tersebut adakalanya eksplisit, mengucur deras dari mulut penuturnya, dengan ritma dan rima yang repetitif (misalnya, pada genre ‘cakap adat’, ‘berbilang undang’, ‘timbang hutang’ dalam peristiwa-peristiwa resmi perundingan adat berbagai komunitas di alam Melayu). Adakalanya pula, ia hadir tersirat, melatari sebagian atau keseluruhan peristiwa lisan tersebut, terutama dari genre kisahan (naratif). Bahkan di dalam dongeng-dongeng yang diceritakan seorang nenek atau ibu kepada cucu atau anaknya menjelang tidur pun –yang umumnya ‘dipenjarakan’ para orientalis era kolonial ke dalam pertimbangan dan istilah ‘pelipur lara’ saja— arus didaktis (tunjuk ajar) ini mengalir (deras atau tenang).
