Tradisi lisan ini ditampilkan pada malam hari sesudah isya, kadang sampai pagi. Bila dalam satu malam cerita yang disajikan belum tamat, maka koba dilanjutkan pada malam berikutnya, sehingga seringkali untuk menamatkannya diperlukan waktu bermalam-malam. Bahkan, Koba Panglimu Awang baru habis sempurna dikisahkan dalam tujuh malam penampilan. Pertunjukan koba sepenuhnya merupakan ekspresi bebas tukang koba atas improvisasinya terhadap cerita baku yang ada. Setiap pertunjukan koba adalah pertunjukan baru, karena improvisasi tukang koba selalu mengalami kebaruan yang dipengaruhi oleh kebaruan pengetahuan dan perspektifnya dalam melihat cerita, serta interaksi yang dibangunnya dengan khalayak pendengar.