Pengantar:
Perpustakaan Universitas Leiden, petang Jumat 6 September 2019. Untuk keperluan tertentu, saya membaca majalah ilmiah berbahasa Inggris, The Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia Volume II No. 1 Januari 1848. Pada halaman-halaman tertentu saya bertemu dengan teks-teks pantun berhuruf Arab-Melayu. Isinya tak kena-mengena langsung dengan sebagian atau keseluruhan risalah dalam jurnal tersebut. Tahun 2019 ini, pantun-pantun tertulis dalam jurnal ini sudah berusia 171 tahun! Tidak ada keterangan siapa yang menulis pantun-pantun itu. Kalau ia orang Melayu, mestinya ia dekat sekali dengan aktivitas ilmiah yang mewariskan jurnal berwibawa yang sampai sekarang masih dirujuk ilmuan pengkaji alam Melayu ini. Jika penulisnya orang Inggris (karena jurnal tersebut diasuh dan diterbitkan oleh akademia Inggris era kolonial), maka ini membuktikan lagi betapa penerimaan terhadap pantun Melayu sudah melampaui batas bangsa sejak lama. Saat ini Indonesia bersama Malaysia sedang memperjuangkan pantun Melayu agar diiktiraf oleh UNESCO sebagai Intangible Cultural Heritage (Warisan Budaya Tak-Benda). [Lihat: Pantun]. Memuatnya di laman sesawang ini merupakan bagian dari upaya membawanya ke masa kini dari tempatnya yang tersembunyi di bilik kumpulan bijzonder collectie (koleksi khusus) salah satu perpustakaan terkemuka dunia. (AA)
Satu komentar
Pingback: Marsden dan Pantun Melayu (tahun 1812) - LAM Riau