Oncosperma tigilarium. Jenis palma yang dapat tumbuh hingga ketinggian 25 meter. Nibung tumbuh merumpun sekitar 15-30 batang per rumpun. Batang pohonnya berdiameter sekitar 10-25 sentimeter dan ditumbuhi duri-duri panjang. Banyak ditemukan di pesisir, rawa-rawa payau, tepian sungai, pantai berpasir, hutan bakau, dan tepi-tepi sungai lahan gambut.
Nibung tergolong kayu kuat dan tahan air, sehingga sering dipilih sebagai bahan bagunan, terutama di kampung-kampung pesisir seperti Indragiri Hilir, Bengkalis, Kepulauan Meranti, Dumai, dan Bagansiapiapi. Nibung lazim digunakan sebagai tongkat/tiang jembatan dan pelantar, serta lantai rumah. Sedangkan umbutnya biasa diambil untuk dimasak gulai lemak.
Di alam Melayu, pohon nibung yang tumbuhnya merumpun ini dianggap sebagai simbol semangat persatuan dan persaudaraan masyarakat, sehingga dipilih sebagai salah satu flora identitas Provinsi Riau.
Budayawan Datuk Seri Lela Budaya H. Rida K Liamsi menggunakan nibung sebagai alat ekspresi dalam sebuah sajaknya:
pancang nibung di arus berdengung
sudah berapa camar hinggap di situ
Nibung juga menjadi rujukan dalam lirik lagu Dikir Barat Kelantan, “Aku Hanya Nak ke Seberang”:
Laya betikat supo kapas gulong
Tiyenyo tegak dari batey nibung
Panji kaen suluk atma
Tenuney kekasih wajah di kama
[Layar bertingkat supo kapas gulung
Tiangnya tegak dari batang nibung
Panji kain suluk atma
Tenunan kekasih wajah di kamar]
(Sita Rohana)
Rujukan:
Julir (Pekanbaru/ Bantaian-Bagansiapiapi), Darmadi (Pekanbaru/ Indragiri Hilir).
Sonia Somadona, Evi Sribudiani dan Tuti Arlita, “Kajian Sifat Fisis Batang Nibung (Oncosperma tigilarium)”, PROSIDING Seminar Nasional Pelestarian Lingkungan (SENPLING) 2017.
http://tropical.theferns.info/view