Dengan suasana kejiwaan yang seperti itu, dapat dipahami –walaupun terasa kurang adil– bila pemimpin lebih sering dijadikan ‘tumpuan arus’, dan dipandang serta diperlakukan layaknya teluk timbunan kapar: tempat berlabuh semua masalah (sampah-sarap dan reruntuhan kayu-kayan yang dibawa arus beserta dahan dan rerantingnya yang canggah-bercanggah); atau tanjung pumpunan angin: hala-tuju semua anggapan dan umpat-puji. Rasanya tak ada petuah terbaik untuk menghadapi itu selain memperteguh sifat ikhlas dan rela berkorban (yaitu salah satu sifat terpuji Melayu sejati) dalam mengemban amanah.
Majelis ini pada umumnya, Lembaga Adat Melayu Riau khususnya, percaya Datuk Seri berdua siap lahir-batin memikul beban yang tidak ringan itu. Kepercayaan itu, misalnya, tercermin dari kenyataan cepatnya proses permufakatan yang berlangsung di LAMR menuju majelis penabalan ini.