Sekarang ini, ribu-ribu juga dimanfaatkan sebagai pengendali hama pada fase generatif, khususnya terhadap serangan hama penggerek batang, pianggang (walang sangit – Leptocorisa oratorius), dan hama lainnya. Cara penggunaannya sebagai pengendali hama yaitu dengan menaburkan daun ribu-ribu pada lahan pertanaman padi ketika fase bunting. Aroma ribu-ribu yang terendam air dapat mencegah kunjungan hama-hama tersebut.
Ribu-ribu sering dijadikan tanaman hias karena kemampuan tumbuhnya yang cepat menutupi struktur yang tidak sedap dipandang dan memberikan keteduhan untuk tanaman lain.
Secara kultural, ribu-ribu memiliki peran dalam tradisi Tepuk Tepung Tawar, yaitu dengan memanfaatkan batangnya sebagai pengikat daun perenjis. Nama “ribu-ribu” menyiratkan harapan agar prosesi yang dilaksanakan memiliki beribu-ribu kebaikan. (SR)