Tiga tahun setelah tulisannya itu diterbitkan di TBG dan Sumatra Courant, Gramberg kembali kembali menerbitkannya – dengan sedikit perubahan komposisi – dalam majalah yang agak popular yaitu Indische Gids (Panduan Hindia; 1880: 331-346) berjudul “De Visscherij en Bezwering van Troeboek” (Perikanan dan Semah Terubuk). Sebagaimana dituliskannya dalam salah satu paragraf, penerbitan kembali tulisan itu bertujuan agar lebih banyak pembaca Belanda mengetahuinya dan mungkin ada yang tertarik untuk melakukan penelitian lebih mendalam.
Maksud Tuan Gramberg itu lumayan tercapai, sebab setelah tulisannya itu beredar, cukup banyak penulis lain yang bukan hanya sekedar mengutipnya sebagai informasi, tetapi juga menjadikannya sebagai tumpuan analisis dan tafsir etnografis budaya Melayu, baik pada masa kolonial maupun sesudahnya. Misalnya, d’Estrey (1891)2, Wilken (1893),3 Verloop (1903)4, Bezemer (1906)5, redaksi Bataviaasch Nieuwsblad (Surat Kabar Orang Batavia; edisi 21 Agustus 1907)6, redaksi De Telegraaf (edisi 19 September 1928)7, W.H. Ridderhof dalam Nieuwe Apeldoornsche Courant (Koran Orang Apeldoorn Baru; edisi 19 November 1934)8, Kruyt (1939)9, hingga ke Koster (1997)10, dan Barnard (2003)11.
2 Komentar
Pingback: Terubuk - LAM Riau
Pingback: Syair Ikan Terubuk - LAM Riau